Aku
terlahirkan dari keluarga yang cukup sederhana, mamaku bekerja sebagai pedagang
warung di Rumah sedangkan ayahku bekerja sebagai satpam yang kapanpun bisa
berganti-ganti tempat kerjanya. Meski begitu aku sangat bahagia kok sama
kehidupanku saat ini, karena tidak semua orang yang hidupnya serba berkecukupan
memiliki suasana indah di dalam rumahnya. Walaupun rumahku terbilang kecil
namun di Rumahku sungguhlah tentram karena kehangatan keluarga kami. Aku Via
Kirana seorang siswi kelas 2 dari SMK di Jakarta. Aku dianggap orang super
jutek dan cuek di Sekolahku karena memang itulah sikapku namun sikap itu hanya
aku tunjukkan kepada orang yang belum aku kenal. Karena sikapku yang super
jutek dan cuek itu cowok segan untuk mendekatiku dan lebih parahnya karena aku
banyak menolak cowok di Sekolah, aku pun sampai dibilang gak suka sama cowok.
Yaa memang aku tomboy tapi aku masih normal.
“Enak aje gue dibilang gak demen sama
cowok. Emang eke lesbong apa ciyynnn.”
“Hahaha. Sarap lo! Udah sih gak usah
dengerin apa mereka, mereka itu iri sama lo doang karna lo itu disukain
cowok-cowok kece di mari.” sahut Rere sahabatku.
“Ya dongs secara ya kan gue cantik
dan enggak kegatelan kayak mereka. Cewek kok ngejar-ngejar cowok kayak gak
punya harga diri aja deh.”
“Saik gue suka bahasa lo Vi.”
“Asalkan lo jangan suka aje sama gue.”
“Hahahahaha…..” Aku pun tertawa
terbahak-bahak bersama Rere.
*****
Di
Sekolah aku terbilang pintar dan rajin yeah itu kata teman-temanku. Setiap bel
istirahat berbunyi aku tak pernah sama sekali menuju kantin seperti yang lain,
aku lebih memilih untuk membaca novel, membaca novel adalah hobbyku aku juga
hobby membuat puisi lho. Puisiku selalu terpampang di Mading sekolah dan banyak
yang memuji akan puisi buatanku. Aku pun juga sering memenangkan lomba membaca puisi
di dalam maupun di luar sekolah. Dan tiba-tiba Rere mengangetkanku.
“Hey Viaaaa….!!!!!” Rere
mengangetkanku dengan suara cemprengnya yang khass.
“Ngagetin aje lo ah, gak tahu gue lagi
serius baca novel apa nih., Lagi seru tahu!!” aku kesal dengan Rere yang
membuyarkan semua imajinasiku saat membaca novel.
“Upss sorry baby.. Abisnya elo setiap
hari selalu sibuk dengan novel-novel lo itu. Eh liat deh cowok ini.” Rere
menunjukkan cowok yang ada di cover majalah ternama.
“Oh iya. Terus elo ngefans sama dia?”
Via melihat cover majalah tersebut dengan wajah datar dan meneruskan membaca
novelnya yang sempat tertunda karna Rere menganggunya.
“Banggeeeettt!! He so cool you know!!
Dia ini pemain drum grup band favorite gue dan dia juga pemain FTV yang selalu
jadi pemeran utama. Namanya Ramdan Prawira. Masya Allah… kece banget nih cowok.
OMG. Tuhan itu ciptain makhluk yang satu ini sempurna banget yaa. Kapan gue
bisa ketemu dia atau jadi pacarnya” Pikiran Rere pun mulai ngaco mungkin Rere sudah
keracunan virus artis itu.
“Bangun woy bangun!!!!!” Aku
mencipratkan air ke wajah Rere yang sedang melamun dan memimpikan untuk jadi
pacar cowok itu.
“Ngimpi aja lo ah! Makan aje masih
berantakan, belajar aja males udah pake ngimpi buat jadi pacar nih cowok. Emang
nih cowok mau apa sama lo? Hahahaha….” aku meledek Rere habis-habisan.
“Sialan lo Vi. Gue itu cantik tau
buktinya banyak cowok yang suka sama gue tapi gue tetep bertahan dong sama satu
hati tentu hati gue cuman buat Very seorang.”
“Iya deh iyaa gue taulah lo kan cinta
matinya cuman sama Very. Udah sono lo cabut deh gue mau baca novel lagi.” Aku
mengusir Rere untuk meninggalkanku.
“Yee ngusir nih? Eh lo tahu gak? Ada
info unik tentang Ramdan..”
“Ape lagi sih Re????”
“Masa di Majalah ini tertulis kalo
Ramdan itu berkecimpung di dunia entertaiment itu karena ingin bertemu temen
kecilnya yang udah lama banget gak ketemu namanya Via. Jangan-jangan Via yang
dia maksud itu elo yah Vi.”
“Kenal aje kagak gue sama siape tuh
tadi oiya Ramdan idola lo itu. Terus apa masalahnya sama gue?”
“Udah ahh capek ngomong sama lo, gak
update banget jadi orang. Yauda gue capcus dulu yaa ke Kantin.” Rere
meninggalkanku dengan berlari kecil dan memeluk majalah itu.
*****
Aku
memainkan gitar kesayanganku sambil menatap langit yang bertaburan
bintang-bintang yang sekarang sudah sulit untuk terlihat karena tebalnya kabut
malam dan banyak gedung-gedung yang menjulang tinggi yang mengalangi sinar
bintang itu memancarkan cahayanya. Aku baru teringat kalau besok aku sudah
mulai PKL (Praktek Kerja Lapangan), setiap siswa SMK manapun pasti melewati
masa PKL yang mungkin jauh berbeda dengan belajar di Sekolah. Aku berharap esok
di hari pertama PKL ku, aku tak menemukan kesulitan apapun dan mendapatkan ilmu
serta teman yang banyak.
Aku
PKL bersama sahabatku Rere dan temanku Lenathan. Tempat PKL ku sangatlah nyaman
dan berlabuh di bidang jaringan VSAT. Hari pertama ini sungguh menyenangkan,
aku mendapatkan ilmu yang sungguh luar biasa berarti bagiku, ilmu adalah bekal
terpenting untuk masa depanku walau aku tak pernah menyukai kejurusan yang aku
jalani saat ini. Ada seorang karyawan yang senyumnya sungguh menawan hatiku
namanya Idris, dia memberikan senyum itu begitu ikhlas saat dia memperkenalkan
dirinya padaku.
“Hey dik, kamu dari Sekolah mana?”
Tanya kak Idris.
“Eh iya kak, aku dari SMK 1” jawabku.
“Oiya dik, perkenalkan nama ku Raihan
Idris kamu cukup memanggilku Idris” dia mengulurkan tangannya sebagai salam perkenalan
dan dia pun memberikan senyumnya yang aduhai buat hatiku memeleh.
“Namaku Via Kirana, panggil saja aku
Via” aku menjabat tangannya.
Mulai
dari perkenalan singkat itu kak Idris mulai menarik perhatianku tapi aku hanya
tertarik pada senyumnya saja. Apakah salah aku hanya menyukai senyum yang ia
miliki? Ya entahlah memang itu yang aku sukai. Tak terasa telah sebulan aku
menjalani PKL disini dan aku sudah akrab betul dengan karyawan disini. Maklum
aku orangnya gampang bergaul.
*****
Saat
aku pulang dari PKL dengan mengendarai sepeda motor matic yang diberikan ayah
saat ulang tahunku, aku mengenakan atribut berkendara yang lengkap karena
keselamatan itu yang utama. Aku yang sedang santai mengendarai sepeda motorku,
tiba-tiba…………………………………………………...
“Ciiiiitttttttttttttttttttttttttttttt”
suara mobil menghantam sepeda motorku dan aku tersungkur ke aspal, aku pun tak
sadarkan diri. Dibawalah aku oleh seorang cowok yang menabrakku ke Rumah Sakit
terdekat.
Dokter yang mengatasiku keluar dari
ruang UGD.
“Dok, bagaimana keadaan gadis itu
dok. Apakah dia baik-baik saja?” Cowok itu panik menanyakan keadaanku yang saat
itu sedang kritis.
“Gadis itu sekarang sedang dalam
kondisi kritis karena mengalami benturan yang cukup membuatnya kekurangan darah
dan tulang kakinya yang retak parah karena tertiban motor tapi kami sudah
menanganinya sebaik mungkin. Maaf apakah
Anda keluarganya?”
“Maaf Dok saya yang menabrak gadis
itu, apakah saya bisa melihat keadaannya?”
“Oh tentu silahkan! Hubungi juga
keluarganya agar mereka mengetahui keadaannya. Saya permisi dulu.”
“Iya Dok” Cowok itu pun langsung
menghampiriku dan mengucapkan kata maaf berkali-kali.
“Hey Kau gadis yang manis, maafkan
aku yang telah menabrak kamu sampai kamu harus tergulai lemah di Rumah Sakit
ini. Aku akan melunasi biaya rumah Sakitmu seluruhnya dan aku juga akan
menunggumu sampai kamu tersadar dari masa kritismu karena itu menjadi tanggung
jawabku sekarang.” katanya sambil mengambil dompet yang ada di saku jaketku dan
melihat foto keluargaku serta shabat-sahabatku, dia langsung mengambil kartu
pelajarku di situ tercantum tempat dimana aku tinggal bersama orang-orang yang
aku sayangi.
*****
Cowok
itu segera menuju rumahku untuk memberitahu keluargaku akan kabarku yang
mengalami kecelakaan. Sesampai di Rumahku dia melihat sosok wanita parubaya
yang sedang menjaga warung dan itu Mamaku yang sangat aku cintai.
“Permisi Bu, Maaf saya mau Tanya. Apa
benar ini rumahnya Via Kirana?”
“Oh iya benar Nak. Ada apa ya? Tapi
sekarang Via nya lagi gak ada di Rumah tuh, dia mungkin sebentar lagi sampai di
Rumah” jawabnya.
“Maafkan saya Bu.”
“Kamu punya salah apa ya sama saya?
Saya kan tidak mengenal siapa kamu” Mamaku terheran dengan kata maaf yang
dilontarkan cowok itu.
“Saya Ramdan Prawira Bu” sedikit
gugup dia perkenalkan namanya.
“Oh kamu Ramdan yang artist itu kan? Yang
suka ada di televise. Wah Mas ini teman anak saya?” Mamaku terkejut melihat
artis datang ke Rumahku.
“Iya Bu, tapi saya bukan teman anak
ibu melainkan saya yang telah menyebabkan anak ibu ada di Rumah Sakit sekarang.
Maafkan saya atas kelalaian saya mengendarai mobil hingga putri ibu jadi
korbannya.” Ramdan pun tertunduk.
“Hah? Apa? Via di Rumah Sakit?”
“Iya Bu, dia sekarang dalam kondisi
kritis. Dia kekurangan darah namun dokter dapat menanganinya dengan baik”
“Baiklah Ibu maafkan tapi segera
antarkan Ibu ke rumah sakit itu” Mama menutup warung dengan cepat karena sangat
khawatir akan keadaanku dan diajak kedua adik kembarku untuk melihat keadaanku
namun disisi lain ayah belum mengetahui keadaanku dikarenakan beliau sedang
bekerja.
*****
Di Rumah Sakit Mama langsung saja
menarik tangan Ramdan untuk menunjukkan dimana ruang UGD nya. Ramdan pun
memberitahunya dan Mama langsung menarik tangan adik-adikku menuju ruang UGD,
begitu histerisnya mama saat melihat aku terbaring di kasur berwarna putih,
terdapat selang infuse di tanganku, selang oksigen di hidungku, dan selang
untuk mentransferkan darah yang aku butuhkan untuk aku bertahan hidup. Mama
memanggil namaku.
“Vi.. Via bangun dong Vi.. Mama ada
disini nih bawa adik-adikmu Faqih dan Fiqih. Biasanya kamu mainkan sama
adik-adikmu ini. Mereka bawain laptop kamu tuh biar bisa main bareng kamu lagi”
mama menangisi aku yang tak kunjung sadar dari masa kritisku.
“Mbak..Mbak Via….Faqih bawain laptop
mbak Via nih. Kok mbak Via tidur mulu sih?”
“Tau nih emang mbak Via kebo tidurnya
lama banget susah dibangunin” Fiqih menguncang-guncang badanku.
“Bu, sabar yaa Bu. Maafkan saya yang
telah membuat anak Ibu seperti ini. Eh Fiqih Mbak Via nya entar juga bangun,
jangan sedih yaa sayang.” tak hentinya Ramdan meminta maaf pada Mamaku dan
membuat adik-adikku tersenyum.
“Iya Ibu maafkan kok Nak, kamu tidak
sibuk? Kalau kamu sibuk, kamu jalani dulu pekerjaan yang telah menantimu
sebagai artis kamu harus professional akan profesimu”
“Iya Bu saya mengetahui akan tugas
saya sebagai entertaiment tapi saya ingin menunggu Via anak Ibu karena saya
merasa bersalah sekali telah membuat dia celaka” Ramdan menyesal karena masalah
yang sedang ia hadapi membuat fikirannya kacau-balau dan serta merta membuat
Via harus masuk Rumah sakit
*****
Ayah
Via pun mengetahui bahwa anaknya tercinta mengalami kecelakaan dan di Rumah
Sakit, dengan perasaan panik dan khawatir malam hari yang gelap pun Ayah
langsung menuju Rumah Sakit dimana aku terbaring. Namun saat itu Ramdan telah
pulang karena ada acara manggung di salah satu stasiun televisi swatsa yang
digemari semua kalangan. Berhari-hari aku masih tak sadarkan diri yang membuat
orang tuaku tak hentinya memanjatkan doa dan memohon keajaiban agar aku bisa
terbangun dari tidur lelapku. Tak bosan juga mereka menungguiku dan Ramdan
setia menungguku di sela-sela jadwal dia yang padat. Tapi ayah dan Ramdan tak
pernah bertemu karena kesibukannya masing-masing.
Rere
tahu kabar burukku ini, Rere membawakan buah kesukaanku buah apalagi kalau
bukan buah Duren. I like Durian very much!! Rere memasuki ruanganku dengan
wajah yang sedih dan menatapku sambil berbicara padaku.
“Vi.. Lo tahu gak di Tempat PKL itu
sepi banget gak ada lo, Lo juga harus tahu ini kak Idris itu suka nanyain elo
ke gue lho karena elo gak masuk-masuk pas gue kasih tahu elo sakit dia sedih
banget. Dia cuman bisa ngasih salam buat lo soalnya dia ditugasin di luarkota
sekarang tapi dia gak tahu kalo lo masuk Rumah Sakit. Hey lihat gue ini bawa
siapa? Gue bawa pangeran lo Vi” Terisak tangis Rere pecah dan mengandeng tangan
seseorang yang amat sangat aku kenal yaa itu Aris sahabatku sejak SMP dan orang
yang paling deket bisa dibilang mungkin dia orang yang aku sayang walaupun dia
udah jadi milik temen SMPku Sari, dia selalu jadi yang terbaik dan terindah
buatku. Teringat saat Sari bilang padaku sebelum awal mereka pacaran.
*****
“Cieee jadianlah sama Aris, dia
sayang banget tuh sama lo. Dia curhatin lo mulu ke gue” ejekku ke Sari
“Apasih Vi.. Gue kan masih sayang
sama Ziqry mantan gue. Jujur nih sebenarnya gue cuman mainin Aris karena gue
gak ada rasa sama dia dan Ziqry pun gak ngerespon gue”
“Apa? Lo mainin Aris? Aris cuman elo
jadiin pelampiasan doang dong? Sumpah parah lo!”
“Jangan bilang-bilang Aris pliss yaa
Vi..”
“Oke” jawabku
“Gila lo sahabat gue elo mainin, gak
kan diem aje gue kalo sahabat gue dimainin gini. Gue emang sayang Aris, gue
emang cemburu tapi elo malah mainin dia.” Aku menggerutu dalam hati.
Semenjak
Sari bilang seperti itu padaku aku jadi tidak suka padanya tanpa pikir panjang
aku langsung memberitahu Aris.
“Ris, mau nanya nih gue boleh?” Aku
mengawali pembicaraanku dengan Aris.
“Kenapa Vi? Muka lo serius amat sih..
Lucu tahu gak gue liat ekspresi muka lo sekarang. Kalo difoto tuh pasti kocak
banget dah. Hahahahaha…” canda Aris sambil mencubit pipiku yang chubby.
“Gue serius mau nanya sama lo. Apa lo
sayang sama Sari?”
“Yaa maaf Vi kan gue cuman bercanda
doang. Ehm kenapa lo nanya gitu sama gue? Pasti ada sesuatu yaa kan?” Aris
penasaran apa maksud pertanyaanku tadi.
“Iya. Tapi elo jawab dulu elo sayang
gak sama Sari?”
“Sayang sih belum cuman suka aja,
emang kenapa sih Vi? Bikin gue penasaran aje lo ah. Cepet cerita sama gue
lah..” Aris memaksaku bercerita
“Okee gue akan ceritain semuanya.
Tapi pas lo tahu semua ini elo jangan marah atau ngejauhin Sari yaa, dan lo
pura-pura gak tahu aja. Oke?”
“Oke deh Boss!! Apa ceritanya?”
Aku
menceritakan perbincanganku dengan Sari waktu itu dan nampaknya wajah Aris
berubah menjadi wajah kekecewaan. Aris yang daritadi bercanda terus sekarang dia
diam seribu kata.
“Ris, lo gapapa kan? Sorry Ris gue
bilang ini ke lo karena gue gak mau lo terlalu jauh dimainin sama Sari” Aku
mencoba tersenyum dan membuat Aris tak termenung lagi.
“Iya tau. Makasih yaa elo udah ngasih
tau semua ini. Kalo elo gak ngasih tau mungkin gue bakal dimainin dia terus.”
“Senyum dong cintee jangan sedih gitu.”
Aku memeluk Aris untuk menenangkannya.
“Iyaa sahabat dan mantan gue yang
batuuu.” Aris tersenyum padaku.
“Yee dasar dari dulu lo sama aja
resenya malah makin rese. Huh!” Aku mengacak-acak rambut Aris.
*****
Aris
berjalan ke samping tempat tidurku sambil menggenggam tanganku.
“Heyy Sahabat gue yang batu. Maaf
belakangan ini gue gak pernah sms lo sama sekali karena gue selalu sibuk dengan
Sari yang akhirnya gue terbuai akan rayuan manis si Sari. Gue gak mikirin apa
kata lo, gue cuman mikirin perasaan gue ke dia tanpa pake otak dulu dan tanpa
mikirin perasaan lo. Gue baru sadar elo itu bilang kayak gitu ke gue karena lo
gak mau gue sakit hati. Lo yang tahu semua perjalan cinta gue selama ini, gue
selalu dimainin sama mantan-mantan gue kecuali elo. Malah dulu gue yang mainin
perasaan lo, gue gantungin perasaan lo. Sari udah mainin perasaan gue Vi,
setelah dia balikan sama mantannya si Ziqry terus dia langsung mutusin gue
secara sepihak. Gue sakit vi, tapi gue lebih sakit saat tau postingan twitter
lo tentang gue dan setelah gue baca semua, gue baru di kasih tahu sama Rere
kalo lo kecelakaan dan lo masuk Rumah Sakit. Vi, cuman elo yang selalu ada buat
gue, cuman elo yang bisa ngertiin gue. Gue sayang sama lo, sayang gue ke lo
lebih dari sekedar sahabat. Itu kan yang lo mau Vi? Pliss lo bangun yaa Vi dan
kita akan menggulang kebersamaan kita kayak dulu lagi.” Aris menangis dan
mencium keningku.
*Bersambung*
0 komentar:
Posting Komentar