Pages

Kamis, 17 Mei 2012

KITA BERBEDA




         Aku terlahirkan dari keluarga yang cukup sederhana, mamaku bekerja sebagai pedagang warung di Rumah sedangkan ayahku bekerja sebagai satpam yang kapanpun bisa berganti-ganti tempat kerjanya. Meski begitu aku sangat bahagia kok sama kehidupanku saat ini, karena tidak semua orang yang hidupnya serba berkecukupan memiliki suasana indah di dalam rumahnya. Walaupun rumahku terbilang kecil namun di Rumahku sungguhlah tentram karena kehangatan keluarga kami. Aku Via Kirana seorang siswi kelas 2 dari SMK di Jakarta. Aku dianggap orang super jutek dan cuek di Sekolahku karena memang itulah sikapku namun sikap itu hanya aku tunjukkan kepada orang yang belum aku kenal. Karena sikapku yang super jutek dan cuek itu cowok segan untuk mendekatiku dan lebih parahnya karena aku banyak menolak cowok di Sekolah, aku pun sampai dibilang gak suka sama cowok. Yaa memang aku tomboy tapi aku masih normal.

“Enak aje gue dibilang gak demen sama cowok. Emang eke lesbong apa ciyynnn.”
“Hahaha. Sarap lo! Udah sih gak usah dengerin apa mereka, mereka itu iri sama lo doang karna lo itu disukain cowok-cowok kece di mari.” sahut Rere sahabatku.
“Ya dongs secara ya kan gue cantik dan enggak kegatelan kayak mereka. Cewek kok ngejar-ngejar cowok kayak gak punya harga diri aja deh.”
“Saik gue suka bahasa lo Vi.”
“Asalkan lo jangan suka aje sama gue.”
“Hahahahaha…..” Aku pun tertawa terbahak-bahak bersama Rere.

*****

          Di Sekolah aku terbilang pintar dan rajin yeah itu kata teman-temanku. Setiap bel istirahat berbunyi aku tak pernah sama sekali menuju kantin seperti yang lain, aku lebih memilih untuk membaca novel, membaca novel adalah hobbyku aku juga hobby membuat puisi lho. Puisiku selalu terpampang di Mading sekolah dan banyak yang memuji akan puisi buatanku. Aku pun juga sering memenangkan lomba membaca puisi di dalam maupun di luar sekolah. Dan tiba-tiba Rere mengangetkanku.

“Hey Viaaaa….!!!!!” Rere mengangetkanku dengan suara cemprengnya yang khass.
“Ngagetin aje lo ah, gak tahu gue lagi serius baca novel apa nih., Lagi seru tahu!!” aku kesal dengan Rere yang membuyarkan semua imajinasiku saat membaca novel.
“Upss sorry baby.. Abisnya elo setiap hari selalu sibuk dengan novel-novel lo itu. Eh liat deh cowok ini.” Rere menunjukkan cowok yang ada di cover majalah ternama.
“Oh iya. Terus elo ngefans sama dia?” Via melihat cover majalah tersebut dengan wajah datar dan meneruskan membaca novelnya yang sempat tertunda karna Rere menganggunya.
“Banggeeeettt!! He so cool you know!! Dia ini pemain drum grup band favorite gue dan dia juga pemain FTV yang selalu jadi pemeran utama. Namanya Ramdan Prawira. Masya Allah… kece banget nih cowok. OMG. Tuhan itu ciptain makhluk yang satu ini sempurna banget yaa. Kapan gue bisa ketemu dia atau jadi pacarnya” Pikiran Rere pun mulai ngaco mungkin Rere sudah keracunan virus artis itu.
“Bangun woy bangun!!!!!” Aku mencipratkan air ke wajah Rere yang sedang melamun dan memimpikan untuk jadi pacar cowok itu.
“Ngimpi aja lo ah! Makan aje masih berantakan, belajar aja males udah pake ngimpi buat jadi pacar nih cowok. Emang nih cowok mau apa sama lo? Hahahaha….” aku meledek Rere habis-habisan.
“Sialan lo Vi. Gue itu cantik tau buktinya banyak cowok yang suka sama gue tapi gue tetep bertahan dong sama satu hati tentu hati gue cuman buat Very seorang.”
“Iya deh iyaa gue taulah lo kan cinta matinya cuman sama Very. Udah sono lo cabut deh gue mau baca novel lagi.” Aku mengusir Rere untuk meninggalkanku.
“Yee ngusir nih? Eh lo tahu gak? Ada info unik tentang Ramdan..”
“Ape lagi sih Re????”
“Masa di Majalah ini tertulis kalo Ramdan itu berkecimpung di dunia entertaiment itu karena ingin bertemu temen kecilnya yang udah lama banget gak ketemu namanya Via. Jangan-jangan Via yang dia maksud itu elo yah Vi.”
“Kenal aje kagak gue sama siape tuh tadi oiya Ramdan idola lo itu. Terus apa masalahnya sama gue?”
“Udah ahh capek ngomong sama lo, gak update banget jadi orang. Yauda gue capcus dulu yaa ke Kantin.” Rere meninggalkanku dengan berlari kecil dan memeluk majalah itu.



*****
          Aku memainkan gitar kesayanganku sambil menatap langit yang bertaburan bintang-bintang yang sekarang sudah sulit untuk terlihat karena tebalnya kabut malam dan banyak gedung-gedung yang menjulang tinggi yang mengalangi sinar bintang itu memancarkan cahayanya. Aku baru teringat kalau besok aku sudah mulai PKL (Praktek Kerja Lapangan), setiap siswa SMK manapun pasti melewati masa PKL yang mungkin jauh berbeda dengan belajar di Sekolah. Aku berharap esok di hari pertama PKL ku, aku tak menemukan kesulitan apapun dan mendapatkan ilmu serta teman yang banyak.

          Aku PKL bersama sahabatku Rere dan temanku Lenathan. Tempat PKL ku sangatlah nyaman dan berlabuh di bidang jaringan VSAT. Hari pertama ini sungguh menyenangkan, aku mendapatkan ilmu yang sungguh luar biasa berarti bagiku, ilmu adalah bekal terpenting untuk masa depanku walau aku tak pernah menyukai kejurusan yang aku jalani saat ini. Ada seorang karyawan yang senyumnya sungguh menawan hatiku namanya Idris, dia memberikan senyum itu begitu ikhlas saat dia memperkenalkan dirinya padaku.

“Hey dik, kamu dari Sekolah mana?” Tanya kak Idris.
“Eh iya kak, aku dari SMK 1” jawabku.
“Oiya dik, perkenalkan nama ku Raihan Idris kamu cukup memanggilku Idris” dia mengulurkan tangannya sebagai salam perkenalan dan dia pun memberikan senyumnya yang aduhai buat hatiku memeleh.
“Namaku Via Kirana, panggil saja aku Via” aku menjabat tangannya.

          Mulai dari perkenalan singkat itu kak Idris mulai menarik perhatianku tapi aku hanya tertarik pada senyumnya saja. Apakah salah aku hanya menyukai senyum yang ia miliki? Ya entahlah memang itu yang aku sukai. Tak terasa telah sebulan aku menjalani PKL disini dan aku sudah akrab betul dengan karyawan disini. Maklum aku orangnya gampang bergaul.

*****
          Saat aku pulang dari PKL dengan mengendarai sepeda motor matic yang diberikan ayah saat ulang tahunku, aku mengenakan atribut berkendara yang lengkap karena keselamatan itu yang utama. Aku yang sedang santai mengendarai sepeda motorku, tiba-tiba…………………………………………………...
“Ciiiiitttttttttttttttttttttttttttttt” suara mobil menghantam sepeda motorku dan aku tersungkur ke aspal, aku pun tak sadarkan diri. Dibawalah aku oleh seorang cowok yang menabrakku ke Rumah Sakit terdekat.

Dokter yang mengatasiku keluar dari ruang UGD.
“Dok, bagaimana keadaan gadis itu dok. Apakah dia baik-baik saja?” Cowok itu panik menanyakan keadaanku yang saat itu sedang kritis.
“Gadis itu sekarang sedang dalam kondisi kritis karena mengalami benturan yang cukup membuatnya kekurangan darah dan tulang kakinya yang retak parah karena tertiban motor tapi kami sudah menanganinya sebaik mungkin.  Maaf apakah Anda keluarganya?”
“Maaf Dok saya yang menabrak gadis itu, apakah saya bisa melihat keadaannya?”
“Oh tentu silahkan! Hubungi juga keluarganya agar mereka mengetahui keadaannya. Saya permisi dulu.”
“Iya Dok” Cowok itu pun langsung menghampiriku dan mengucapkan kata maaf berkali-kali.

“Hey Kau gadis yang manis, maafkan aku yang telah menabrak kamu sampai kamu harus tergulai lemah di Rumah Sakit ini. Aku akan melunasi biaya rumah Sakitmu seluruhnya dan aku juga akan menunggumu sampai kamu tersadar dari masa kritismu karena itu menjadi tanggung jawabku sekarang.” katanya sambil mengambil dompet yang ada di saku jaketku dan melihat foto keluargaku serta shabat-sahabatku, dia langsung mengambil kartu pelajarku di situ tercantum tempat dimana aku tinggal bersama orang-orang yang aku sayangi.

*****

          Cowok itu segera menuju rumahku untuk memberitahu keluargaku akan kabarku yang mengalami kecelakaan. Sesampai di Rumahku dia melihat sosok wanita parubaya yang sedang menjaga warung dan itu Mamaku yang sangat aku cintai.
“Permisi Bu, Maaf saya mau Tanya. Apa benar ini rumahnya Via Kirana?”
“Oh iya benar Nak. Ada apa ya? Tapi sekarang Via nya lagi gak ada di Rumah tuh, dia mungkin sebentar lagi sampai di Rumah” jawabnya.
“Maafkan saya Bu.”
“Kamu punya salah apa ya sama saya? Saya kan tidak mengenal siapa kamu” Mamaku terheran dengan kata maaf yang dilontarkan cowok itu.
“Saya Ramdan Prawira Bu” sedikit gugup dia perkenalkan namanya.
“Oh kamu Ramdan yang artist itu kan? Yang suka ada di televise. Wah Mas ini teman anak saya?” Mamaku terkejut melihat artis datang ke Rumahku.
“Iya Bu, tapi saya bukan teman anak ibu melainkan saya yang telah menyebabkan anak ibu ada di Rumah Sakit sekarang. Maafkan saya atas kelalaian saya mengendarai mobil hingga putri ibu jadi korbannya.” Ramdan pun tertunduk.
“Hah? Apa? Via di Rumah Sakit?”
“Iya Bu, dia sekarang dalam kondisi kritis. Dia kekurangan darah namun dokter dapat menanganinya dengan baik”
“Baiklah Ibu maafkan tapi segera antarkan Ibu ke rumah sakit itu” Mama menutup warung dengan cepat karena sangat khawatir akan keadaanku dan diajak kedua adik kembarku untuk melihat keadaanku namun disisi lain ayah belum mengetahui keadaanku dikarenakan beliau sedang bekerja.

*****

Di Rumah Sakit Mama langsung saja menarik tangan Ramdan untuk menunjukkan dimana ruang UGD nya. Ramdan pun memberitahunya dan Mama langsung menarik tangan adik-adikku menuju ruang UGD, begitu histerisnya mama saat melihat aku terbaring di kasur berwarna putih, terdapat selang infuse di tanganku, selang oksigen di hidungku, dan selang untuk mentransferkan darah yang aku butuhkan untuk aku bertahan hidup. Mama memanggil namaku.
“Vi.. Via bangun dong Vi.. Mama ada disini nih bawa adik-adikmu Faqih dan Fiqih. Biasanya kamu mainkan sama adik-adikmu ini. Mereka bawain laptop kamu tuh biar bisa main bareng kamu lagi” mama menangisi aku yang tak kunjung sadar dari masa kritisku.
“Mbak..Mbak Via….Faqih bawain laptop mbak Via nih. Kok mbak Via tidur mulu sih?”
“Tau nih emang mbak Via kebo tidurnya lama banget susah dibangunin” Fiqih menguncang-guncang badanku.
“Bu, sabar yaa Bu. Maafkan saya yang telah membuat anak Ibu seperti ini. Eh Fiqih Mbak Via nya entar juga bangun, jangan sedih yaa sayang.” tak hentinya Ramdan meminta maaf pada Mamaku dan membuat adik-adikku tersenyum.
“Iya Ibu maafkan kok Nak, kamu tidak sibuk? Kalau kamu sibuk, kamu jalani dulu pekerjaan yang telah menantimu sebagai artis kamu harus professional akan profesimu”
“Iya Bu saya mengetahui akan tugas saya sebagai entertaiment tapi saya ingin menunggu Via anak Ibu karena saya merasa bersalah sekali telah membuat dia celaka” Ramdan menyesal karena masalah yang sedang ia hadapi membuat fikirannya kacau-balau dan serta merta membuat Via harus masuk Rumah sakit

                                                              *****

          Ayah Via pun mengetahui bahwa anaknya tercinta mengalami kecelakaan dan di Rumah Sakit, dengan perasaan panik dan khawatir malam hari yang gelap pun Ayah langsung menuju Rumah Sakit dimana aku terbaring. Namun saat itu Ramdan telah pulang karena ada acara manggung di salah satu stasiun televisi swatsa yang digemari semua kalangan. Berhari-hari aku masih tak sadarkan diri yang membuat orang tuaku tak hentinya memanjatkan doa dan memohon keajaiban agar aku bisa terbangun dari tidur lelapku. Tak bosan juga mereka menungguiku dan Ramdan setia menungguku di sela-sela jadwal dia yang padat. Tapi ayah dan Ramdan tak pernah bertemu karena kesibukannya masing-masing.

          Rere tahu kabar burukku ini, Rere membawakan buah kesukaanku buah apalagi kalau bukan buah Duren. I like Durian very much!! Rere memasuki ruanganku dengan wajah yang sedih dan menatapku sambil berbicara padaku.

“Vi.. Lo tahu gak di Tempat PKL itu sepi banget gak ada lo, Lo juga harus tahu ini kak Idris itu suka nanyain elo ke gue lho karena elo gak masuk-masuk pas gue kasih tahu elo sakit dia sedih banget. Dia cuman bisa ngasih salam buat lo soalnya dia ditugasin di luarkota sekarang tapi dia gak tahu kalo lo masuk Rumah Sakit. Hey lihat gue ini bawa siapa? Gue bawa pangeran lo Vi” Terisak tangis Rere pecah dan mengandeng tangan seseorang yang amat sangat aku kenal yaa itu Aris sahabatku sejak SMP dan orang yang paling deket bisa dibilang mungkin dia orang yang aku sayang walaupun dia udah jadi milik temen SMPku Sari, dia selalu jadi yang terbaik dan terindah buatku. Teringat saat Sari bilang padaku sebelum awal mereka pacaran.

*****

“Cieee jadianlah sama Aris, dia sayang banget tuh sama lo. Dia curhatin lo mulu ke gue” ejekku ke Sari
“Apasih Vi.. Gue kan masih sayang sama Ziqry mantan gue. Jujur nih sebenarnya gue cuman mainin Aris karena gue gak ada rasa sama dia dan Ziqry pun gak ngerespon gue”
“Apa? Lo mainin Aris? Aris cuman elo jadiin pelampiasan doang dong? Sumpah parah lo!”
“Jangan bilang-bilang Aris pliss yaa Vi..”
“Oke” jawabku
“Gila lo sahabat gue elo mainin, gak kan diem aje gue kalo sahabat gue dimainin gini. Gue emang sayang Aris, gue emang cemburu tapi elo malah mainin dia.” Aku menggerutu dalam hati.

          Semenjak Sari bilang seperti itu padaku aku jadi tidak suka padanya tanpa pikir panjang aku langsung memberitahu Aris.

“Ris, mau nanya nih gue boleh?” Aku mengawali pembicaraanku dengan Aris.
“Kenapa Vi? Muka lo serius amat sih.. Lucu tahu gak gue liat ekspresi muka lo sekarang. Kalo difoto tuh pasti kocak banget dah. Hahahahaha…” canda Aris sambil mencubit pipiku yang chubby.
“Gue serius mau nanya sama lo. Apa lo sayang sama Sari?”
“Yaa maaf Vi kan gue cuman bercanda doang. Ehm kenapa lo nanya gitu sama gue? Pasti ada sesuatu yaa kan?” Aris penasaran apa maksud pertanyaanku tadi.
“Iya. Tapi elo jawab dulu elo sayang gak sama Sari?”
“Sayang sih belum cuman suka aja, emang kenapa sih Vi? Bikin gue penasaran aje lo ah. Cepet cerita sama gue lah..” Aris memaksaku bercerita
“Okee gue akan ceritain semuanya. Tapi pas lo tahu semua ini elo jangan marah atau ngejauhin Sari yaa, dan lo pura-pura gak tahu aja. Oke?”
“Oke deh Boss!! Apa ceritanya?”

          Aku menceritakan perbincanganku dengan Sari waktu itu dan nampaknya wajah Aris berubah menjadi wajah kekecewaan. Aris yang daritadi bercanda terus sekarang dia diam seribu kata.

“Ris, lo gapapa kan? Sorry Ris gue bilang ini ke lo karena gue gak mau lo terlalu jauh dimainin sama Sari” Aku mencoba tersenyum dan membuat Aris tak termenung lagi.
“Iya tau. Makasih yaa elo udah ngasih tau semua ini. Kalo elo gak ngasih tau mungkin gue bakal dimainin dia terus.”
“Senyum dong cintee jangan sedih gitu.” Aku memeluk Aris untuk menenangkannya.
“Iyaa sahabat dan mantan gue yang batuuu.” Aris tersenyum padaku.
“Yee dasar dari dulu lo sama aja resenya malah makin rese. Huh!” Aku mengacak-acak rambut Aris.

*****

          Aris berjalan ke samping tempat tidurku sambil menggenggam tanganku.
“Heyy Sahabat gue yang batu. Maaf belakangan ini gue gak pernah sms lo sama sekali karena gue selalu sibuk dengan Sari yang akhirnya gue terbuai akan rayuan manis si Sari. Gue gak mikirin apa kata lo, gue cuman mikirin perasaan gue ke dia tanpa pake otak dulu dan tanpa mikirin perasaan lo. Gue baru sadar elo itu bilang kayak gitu ke gue karena lo gak mau gue sakit hati. Lo yang tahu semua perjalan cinta gue selama ini, gue selalu dimainin sama mantan-mantan gue kecuali elo. Malah dulu gue yang mainin perasaan lo, gue gantungin perasaan lo. Sari udah mainin perasaan gue Vi, setelah dia balikan sama mantannya si Ziqry terus dia langsung mutusin gue secara sepihak. Gue sakit vi, tapi gue lebih sakit saat tau postingan twitter lo tentang gue dan setelah gue baca semua, gue baru di kasih tahu sama Rere kalo lo kecelakaan dan lo masuk Rumah Sakit. Vi, cuman elo yang selalu ada buat gue, cuman elo yang bisa ngertiin gue. Gue sayang sama lo, sayang gue ke lo lebih dari sekedar sahabat. Itu kan yang lo mau Vi? Pliss lo bangun yaa Vi dan kita akan menggulang kebersamaan kita kayak dulu lagi.” Aris menangis dan mencium keningku.

                                                       *Bersambung*



0 komentar:

Posting Komentar